Diam-diam, Rusia Ketar-ketir dengan Kekuatan Militer Indonesia, Ini Buktinya - Mytips.id

Diam-diam, Rusia Ketar-ketir dengan Kekuatan Militer Indonesia, Ini Buktinya


Mytips.id - Rusia dan Indonesia memiliki hubungan diplomatik yang erat. Meski saat ini kerja sama pertahanan Rusia dan Indonesia terhambat oleh CAATSA, namun hal tersebut diyakini tidak akan bertahan lama.

Rusia terus mendorong kerja sama pertahanan dengan Indonesia di masa depan. Untuk saat ini, Rusia ingin upgrade Sukhoi Indonesia dilakukan di negaranya.

Namun Indonesia memiliki keraguan karena CAATSA dan pandangan internasional terhadap Moskow yang masih terkait dengan Ukraina.

Selain Su-35, Rusia dan Indonesia sebenarnya masih memiliki kerja sama pertahanan. Pembelian tank amfibi BT-3F dan penambahan BMP-3F belum terealisasi.

Indonesia membutuhkan sekitar 80 unit BT-3F dan tambahan 30 unit BMP-3F. Rusia sepertinya perlu mengubah konsep hubungan bilateralnya dengan Indonesia.

Mereka harus memperkuat pengaruhnya di Indonesia meski tanpa kerja sama pertahanan strategis.

Sebab, persaingan pengaruh antara Barat dan Timur yang saat ini diwakili oleh Tiongkok sangat kuat di Indonesia.

“Asia Tenggara dianggap oleh Indonesia sebagai wilayah pengaruhnya, dan keterlibatan yang lebih aktif dari pemain eksternal Amerika Serikat dan Tiongkok dalam urusan regional dan ITR secara keseluruhan dianggap sebagai ancaman. Indonesia menekankan pencegahan skenario konfrontatif melalui negosiasi, dan menekankan pentingnya peran kunci ASEAN. Konfrontasi non-semacam itu, yang mengandaikan kerja sama damai dan saling menguntungkan dengan semua pihak, didasarkan pada tidak dapat diterimanya campur tangan aktor ekstra-regional dalam urusan regional dan didasarkan pada meluasnya penggunaan alat politik dan diplomatik untuk mencapai tujuan. menyelesaikan kontradiksi,” jelas Dewan Rusia.

Moskow tidak bisa mendekati Indonesia hanya dengan Jakarta harus membeli ini dan Rusia harus menjual itu.

Indonesia membutuhkan pendekatan yang lebih kompleks dan terstruktur, termasuk memperkuat perekonomian dan transfer teknologi alutsista.

Tanpa hal ini, akan sulit bagi Rusia untuk menjalin kerja sama pertahanan strategis meskipun ancaman sanksi CAATSA melemah di masa depan.

Apalagi, saat ini Indonesia sedang membangun kemampuan militernya untuk mampu menerapkan doktrin serangan preemptive. Indonesia ingin mempunyai kemampuan menyerang musuh yang mengancam kedaulatannya di kancah internasional.

Jika Rusia hanya menawarkan alutsista tanpa transfer teknologi, maka Indonesia akan menolaknya.

Namun, Rusia juga khawatir Indonesia mempunyai kemampuan mengirim dan menempatkan pasukan di luar negeri jika mendapat senjata ofensif dari China.

Sejujurnya, persenjataan dan perlengkapan yang disebutkan di atas belum canggih, apalagi senjata ofensif yang bisa memproyeksikan pasukan ke luar negeri. Namun, Barat masih was-was dan khawatir China berada di belakang Indonesia. Oleh karena itu, AS dan Rusia aktif melakukan pendekatan. Indonesia,” jelas Sina News pada 29 Oktober 2014.

Dalam menghadapi situasi ini, penting bagi Rusia untuk memahami kebutuhan dan kekhawatiran Indonesia secara komprehensif.

Mereka perlu menawarkan kerja sama yang saling menguntungkan dan melibatkan transfer teknologi dan penguatan ekonomi.

Dengan pendekatan yang tepat, Rusia dapat memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia di bidang pertahanan dan membangun kepercayaan yang lebih dalam.

Posting Komentar